Posted by : Unknown Selasa, 14 Oktober 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pendidikan Sepanjang Hayat dan Situasi pendidikan.”
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen kami Bapak Dr. Suryadi dan Ibu Dr. Siti Zulaikha M. Pd yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang turut berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas dan mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan sepanjang hayat dan situasi pendidikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan bagi kita para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya. Terima kasih.




Jakarta, 13 Oktober 2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Alam semesta yang berkembang, dan seluruh isinya pun masih terus berkembang dan berubah-ubah. Di sisi itulah bagian vital dari manusia yang berada didalamnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan teknologi-teknologi berkembang lainnya ialah pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sebuah aspek penting didalam sebuah proses dalam menjalani hidup dan untuk membentuk pendidikan yang berkualitas, kita juga harus bisa menganalisis situasi pendidikan agar bisa tercapainya proses pebelajaran yang efektif. Pendidikan adalah kegiatan untuk mengembangkan potensi diri seiring dengan berkembangnya perubahan-perubahan yang ada. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan bisa bertahan hidup dan tidak akan bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Manusia akan mengalami kesulitan didalam hidupnya jika mereka tidak memenuhi aspek-aspek yang penting didalam sebuah proses yang di namakan pendidikan. Pendidikan sepanjang hayat sudah disepakati oleh para pakar.
Jauh sebelum saat ini, Islam adalah agama yang pertama kali merekomendasikan keharusan dari proses belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.

1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sepanjang Hayat
·         Dan bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang da bagaimana Pendidikan Sepanjang Hayat


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pendidikan Sepanjang Hayat

2.1.1     Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (LifelongEducationadalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Di sisilain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat  meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.
Adapun hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan hal-hal yang demikian itu adalah :
a.    Majunya ilmu dan teknologi
b.    Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan alat-alat kerja
c.    Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi
d.    Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi[1]

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:

1.    Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.

2.    Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.

2.1.2     Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan Sepanjang Hayat
Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

a)    Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How. Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

b)    Learning to do
Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata.

c)    Learning to be
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah “learning to be” (belajar untuk menjadi seseorang).

d)    Learning to live together
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

2.1.3     Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. 
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :

a)    Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.

b)    Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.

c)    Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.


d)    Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan.

e)    Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.

f)     Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri. 

2.2      Situasi Pendidikan

2.2.1     Pengertian situasi pendidikan
Situasi pendidikan merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah kandungan pokok yang terdapat pada kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya terintegrasi melalui proses pembelajaran.
Kualitas pendidikan yang terjadi di dalam situasi pendidikan itu ditentukan oleh kualitas komponen-komponen itu masing-masing dan kualitas interaksi komponen tersebut.

2.2.2.   Komponen-Komponen Pokok Situasi Pendidikan

a)    Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia yang sepenuhnya memiliki harkat dan martabat manusia dengan segenap kandungannya. Peserta didik dengan harkat dan martabatnya ini berhak hidup dan mengembangkan diri melalui pendidikan. Dengan kata lain, pendidikanlah yang akan mengembangkan harkat dan martabat peserta didik sehingga peserta didik menjadi apa yang disebut sebagai manusia seutuhnya.

b)    Pendidik
Pendidik adalah manusia yang memiliki kualifikasi akademik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang pendidik adalahmereka yang mampu tidak saja memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi menggunakan kompetensinya tersebut untuk mengubah tingkah laku peserta didik agar memiliki akhlak dan sikap berkarakter yang baik.

c)    Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk menjadikan manusia yang baik, bertanggungjawab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan lebih mengarah pada pembentukan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral. Psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motoris.

d)    Proses Pendidikan
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di satu sisi, dan di sisi lain merupakan kegiatan yang diupayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik. Proses pembelajaran ini berlangsung dalam interaksi antar-komponen peserta didik dan pendidik dalam muatan tujuan pendidikan. Dalam interaksi ini pendidik menyikapi dan memperlakukan peserta didik sesuai dengan harkat dan martabat manusia yang melekat pada diri peserta didik,  untuk mencapai tujuan pendidikan yang tidak lain adalah upaya perwujudan harkat dan martabat manusia pada prikehidupan peserta didik.
Keempat komponen pokok situasi pendidikan ini hendaknya dijalankan dengan seimbang demi kelancaran situasi pendidikan yang terkendali. Interaksi antara peserta didik dan pendidik dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan kedua pihak (pendidik dan peserta didik). Interaksi keduanya akan mampu dicapai apabila proses pendidikan di sekolah dijalankan dengan baik dan memenuhi ketiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Pendidikan Sepanjang Hayat merupakan suatu hal yang wajib di perlukan dari setiap manusia. Didalamnya terdapat 4 pilar penting pendidikan sepanjang hayat yang dikemukakan oleh UNESCO yang terdiri dari learning to know, learning to do, learning to be,learning to live together. Keempat pilar tersebut merupakan sebuah konsep yang diperuntukkan sebagai sebuah tujuan untuk mengembangkan pendidikan. Disamping pendidikan sepanjang hayat adapula yang menentukan sebuah kesuksesan dalam melakukan kegiatan pendidikan yaitu situasi pendidikan.
Situasi pendidikan merupakan aspek yang mendukung keberlangsungan sebuah proses pendidikan, dimana didalamnya terdapat komponen-komponen pokok untuk mendukung proses pembelajaran diantaranya terdapat peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, dan proses pendidikan. Dimana semua komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan system yang saling mendukung satu sama lain guna memperoleh hasil dari proses pembelajaran yaitu hasil yang baik dan memuaskan dan bisa sehingga peserta didik memenuhi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3.2       Saran
Pendidikan sepanjang hayat diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, misalnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan peran aktif dari situasi pendidikan yang meliputi masyarakat dan pemerintah. sehingga pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
·         Prayitno. Dasar-dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta:Grasindo
·        http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2013/12/makalah-pendidikan-sepanjang-hayat.html
·         http://peelesupi.blogspot.com/2013/03/asas-pendidikan-sepanjang-hayat_4720.html
·         http://maradana.wordpress.com/2012/10/03/komponen-pokok-situasi-pendidikan/
·         Suryati Sidharto, Ilmu pendidikan (Yogyakarta : UNY Press, 2011) hlm. 155

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © MANAJEMEN PENDIDIKAN -xMyth- Powered by Blogger - Designed by Rifqi Pradana -