Archive for Oktober 2014
Manajemen Lingkungan Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu aspek yang memengaruhi
keberlangsungan adanya pendidikan. Pendidikan tidak hanya focus terhadap nilai
akademis namun perlu nilai non akademis yang keduanya dapat terintegrasi di
dalam suatu lingkungan. Lingkungan beda dengan alam, alam merupakan konsep yang
luas. Alam bisa diartikan sebagai ruang yang tidak berbatas. Seluruh isi
semesta disebut alam, beda halnya dengan lingkungan. Lingkungan dalam segi
bahasa inggris yaitu area atau circle, yang berarti lingkaran atau ruang
lingkup dalam skala kecil. Maka dari itu lingkungan merupakan apa-apa yang
disekeliling kita.
Lingkungan pendidikan yang baik akan
memengaruhi pribadi, dan kecerdasan anak didik yang baik pula. Lingkungan
memberikan pengalaman kepada anak didik untuk mereka bisa berkembang dan tumbuh
dengan nilai-nilai yang baik. Lingkungan yang baik didapatkan melalui proses
perencanaan, tata kelola, dan tata letak yang baik. Oleh karena itu, manajemen
sebagai aspek yang mendukung adanya perencanaan, pergerakan, dan tata kelola
yang berintegrasi dengan lingkungan pendidikan agar tercipta suasana lingkungan
yang saling berkaitan satu sama lain. Agar tercipta suasanya yang kondusif.
Oleh karena itu, melihat hubungan antara manajemen dan lingkungan pendidikan
yang saling terkait. Penulis termotivasi pikirannya untuk mengetahui lebih
dalan apa yang dimaksud dengan Manajemen Lingkungan Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Melihat
latar belakang yang sangat membuat pikiran kita terbuka bahwa manajemen
lingkungan pendidikan itu perlu. Maka saya merumuskan beberapa hal antara lain.
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen lingkungan
pendidikan?
4. Bagaimana fungsi dalam mejalankannya?
5. Apa tujuan dari manajemen lingkungan pendidikan?
6. Bagaimana peranan manajemen lingkungan pendidikan
dalam upaya membangun pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan
masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini yaitu.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Manajemen
Lingkungan Pendidikan,
2. Mengetahui fungsi, tujuan, dan peranan dari Manajemen
Lingkungan Pendidikan,
3. Sebagai bahan diskusi, mendalam tentang apa itu
Manajemen Lingkungan Pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
MANAJEMEN
“Management is a distinct process consisting
of planning, organising, actuating, and controling utilising in each both
science and art, and followed in order to accomplish pre-determined objectives”[1]. Artinya manajemen adalah suatu proses
yang membeda-bedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
”Management is getting thing
done through the efforts of other people”[2].
Artinya manajemen adalah terlaksananya pekerjaan melalui orang-orang lain.
”Management is the process of
directing and fasilitating the work of people organized informal group to
achieve a desire goal”[3].
Artinya manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari
orang-orang yang terorgasisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh
tujuan yang diinginkan.
”Management embraces all
dities and function that pertain to the provicion of necessary is to operate
and the selection of the principal office“[4].
Artinya manajemen terdiri dari semua tugas dan fungsi yang meliputi penyusunan
sebuah perusahaan, pembiayaan, penetapan garis-garis besar kebijaksanaa,
penyediaan semua peralatan yang diperlukan dan penyusunan kerangka organisasi
serta pemilihan para pejabat terasnya.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa manajemen mutlak diperlukan dalam setiap bidang kegiatan usaha yang
melibatkan 2 orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan melalui
kerja sama serta dengan memanfaatkan sumber-sumber lain.
B. PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud
lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik,
namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat
besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya
lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan social.
Lingkungan
Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta
ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi
lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), dan utamanya
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan
pendidikan yang optimal. Selain itu, penataan lingkungan pendidikan tersebut
terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan
efektif.
Pada
hakikatnya, lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran.
Teori pembelajaran konstuktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik
harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang
konsep yang diambil dari sumber – sumber pembelajaran yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
C.
MANAJEMEN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
a. Pengertian
Jika
kita melihat pengertian manajemen lingkungan pendidikan dalam sudut pandang
bahasa yaitu terdiri dari kata “manajemen” yang berarti sebuah proses yang
mempermudah pekerjaan untuk merealisasikan tujuan, dan “lingkungan pendidikan”
yang berarti suatu kondisi dimana didalamnya terdapat seluruh aspek yang
berhubungan dengan pendidikan dan pembelajaran. Maka dari kedua kata dan
kalimat tersebut jika kita kaitkan dengan pengertian manajemen lingkungan
pendidikan, dapat kita artikan bahwa manajemen lingkungan pendidikan adalah
suatu proses dimana didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang terstruktur
untuk mendukung proses pendidikan, agar peserta didik bisa berinteraksi
terhadap lingkungan sekitarnya dengan hasil yang baik.
b. Tujuan Manajemen Lingkungan
Pendidikan
Adapun tujuan di dalam manajemen lingkungan pendidikan
ialah.
a.
Proses pembelajaran lebih efektif, dimana peserta didik dalam melakukan
proses belajar mengajar lebih dapat meresap apa yang telah diajarkan pendidik.
b.
Lingkungan yang nyaman secara
fisik dan psikis bagi peserta didik, Nyaman fisik yaitu sarana dan prasarana belajar yang memadai dan
menyenangkan.
Sedangkan nyaman psikis yaitu hubungan
saling percaya, saling menghargai, saling membantu, bebas menyatakan pendapat,
dan menerima perbedaan diantara peserta didik
dan pendidik.
c.
Peserta didik merasakan kebutuhan
belajar, artinya peserta didik
menganggap tujuan belajar sebagai tujuannya sendiri dan dengan lingkungan
belajar kondusif mempercepat berkembangnya potensi anak.
d.
Peserta didik terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan belajar,
artinya peserta
didik aktif dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar.
e.
Berpusat
pada pengalaman, artinya wajib belajar mengalami secara
langsung atau tidak langsung proses belajar dan menggunakan pengalamannya
secara tepat.
f.
Wajib
belajar menerima umpan balik yang tepat untuk menilai keberhasilan mereka
mencapai tujuan.
c. Fungsi Manajemen Lingkungan
Pendidikan
Secara
umum fungsi manajemen lingkungan
pendidikan adalah membantu mengatur tata kelola lingkungan pendidikan dalam hal
ini didalam sebuah institusi formal kepada peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan
yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Seperti
diketahui, proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi
dengan lingkungannya akan berlangsung secara alamiah dengan konsekuensi bahwa
tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpan dari tujuan
pendidikan.
Oleh karena itu,
diperlukan berbagai usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu
sedemikian rupa agar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan secara optimal,
dan dalam waktu serta dengan daya/dana yang seminimal mungkin. Dengan demikian
diharapkan mutu sumber daya manusia makin lama semakin meningkat. Hal itu hanya
dapat diwujudkan apabila setiap lingkungan pendidikan tersebut dapat
melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.
D.
PERAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN.
Di dalam proses-proses
pembentukan mutu pendidikan melalui tata kelola lingkungan pendidikan dalam hal
ini lingkungan sekitar sekolah, universitas, maupun lembaga non-formal.
Menghasilkan efek-efek yang baik bagi masyarakat di sekitar dan peserta didik
di lingkungan pendidikan, adapaun efek-efeknya yaitu:
1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
2. Membawa pengaruh pembaharuan bagi
perkembangan masyarakat.
3. Mencetak warga masyarakat yang siap dan
terbekali keterampilan.
4. Kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis
ditengah-tengah masyarakat.
BAB III
HASIL OBSERVASI
A.
GAMBARAN UMUM
Penelitian dan pengamatan yang
saya lakukan di dua sekolah antara lain di Sekolah Menengah Atas Negeri 43
Jakarta yang beralamat di jalan Minangkabau dalam, manggarai, Jakarta Selatan.
Dan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta yang beralamat di jalan
Setiabudi, Jakarta Selatan. Kedua sekolah ini merupakan sekolah yang berada di
suatu kecamatan, dengan latarbelakang dan lingkungan yang berbeda. Maka dari
itu, saya melakukan kegiatan di kedua sekolah tersebut bertujuan untuk mengungkap
apa perbedaan-perbedaan yang ada di kedua sekolah tersebut dengan melakukan
observasi mengenai tata letak ruang, entah itu ruang kelas, lingkungan fisik
sekolah, tata cara guru memperlakukan anak muridnya, sampai kepada cara mereka
bergaul dengan teman sebayanya. Sehingga dari kejadian-kejadian diatas, saya
bisa merasakan apa pengaruh yang terjadi kepada sifat dan prilaku mereka dalam
berinteraksi melalui proses pembelajaran dan pengajaran yang merupakan hasil
dari mereka berinteraksi kepada lingkungannya.
B.
ANALISIS HASIL PENGAMATAN DAN PENELITIAN
Lingkungan yang dalam bahasa
berarti sebagai bulatan yang
melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung
disuatu daerah atau tempat. Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik.
Peserta didik (Manusia) memiliki kemampuan yang dapat dikembangakan melalui
pengalaman, dan pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Lingkungan pendidikan adalah
segala sesuatu yang ada diluar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangannya. Disini saya membagi lingkungan pendidikan menjadi 3 aspek
seputar lingkungan untuk saya mewawancarai seorang guru SMAN 43 Jakarta yang
bernama bu siswi, beliau merupakan seorang guru bimbingan dan konseling serta
anggota dari kesiswaan sekolah. Adapun aspeknya yaitu:
1.
Orang-orang yang berada di lingkungan sekolah
2.
Benda-benda yang terpasang di lingkungan sekolah
3.
Keadaan-keadaan yang mendukung atau tidak mendukung di lingkungan
sekolah.
Teknik penelitian menggunakan teknik wawancara dengan sedikit penambahan
materi yang di bicarakan. Adapun point-point pertanyaan yaitu:
1.
Kriteria penyusunan siswa yang berada di dalam kelas.
2.
Design ruangan kelas yang mendukung kegiatan siswa dalam belajar.
3.
Letak sekolah dengan lingkungan yang dekat dengan pasar.
4.
Benda-benda yang menempel di sudut-sudut gedung sekolah yang memiliki
makna dan manfaat tertentu.
Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan melalui proses wawancara
ini membuahkan hasil bahwa, setiap proses pengentry-an atau pemasukan siswa
kedalam kelas tidak diproses langsung oleh pihak sekolah, dimana proses
pemasukan siswa kedalam kelas dilakukan online oleh pemerintah dengan cara acak
yang membuat keadaan didalam kelas menjadi,
1.
Semua siswa sama rata dalam hal akademik maupun financial.
2.
Tidak adanya kesenjangan didalam hal akademik maupun financial.
3.
Semua kelas yang ada, semua turut aktif didalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini didalam
kelas tidak adanya kelompok-kelompok berdasarkan kemampuan-kemampuan mereka,
semua turut bergabung di dalam berinteraksi satu sama lain.
Benda-benda yang terpasang didalam kelas
juga turut berperan secara pasif demi mendukung proses pendidikan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa, ruangan yang ideal didalam proses pembelajaran
adalah ruang yang memiliki kriteria sebagai berikut.
1. Ruangan harus bersih,
2. Tersedia ruangan khusus untuk belajar,
3. Perabotan dan peralatan dalam ruangan tertata
dengan baik dan menarik untuk dinikmati,
4. Mempunyai penerangan yang baik, dari sinar
matahari dan lampu,
5. Tersedia meja belajar,
6. Sirkulasi udara berjalan baik,
7. Suhu udara tida terlalu panas, atau
sebaliknya menggigilkan,
8. Jauh dari kebisingan.
Keadaan
lingkungan sekolah juga turut berperan dalam proses pendidikan, dimana jika
keadaan di lingkungan tidak kondusif maka kondisi ruang belajar tidak akan
kondusif dikarenakan oleh faktor-faktor yang bisa membuat ketidak fokusan dalam
proses pembelajaran. Faktor-faktor lingkungan sekolah meliputi,
1.
Siswa yang berperan didalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
2.
Faktor luar lingkungan sekolah yang banyak menimbulkan kebisingan.
3.
Faktor keadaan ruang belajar yang kurang memadai.
4.
Dan cara mengajar guru atau pendidik yang otoriter sehingga materi
pembelajaran tidak dapat disampaikan dengan baik.
Dari
aspek-aspek pendukung diatas, maka proses pembelajaran dan lingkungan yang baik
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, orang-orang yang terkait dalam proses
pembelajaran, dan design ruangan kelas. Jika aspek-aspek tersebut bisa dikelola
dengan baik, maka kondisi pembelajaran yang ada di sekolah tersebut bisa
menghasilkan hasil yang baik, dan dengan hasil yang baik maka lingkungan
masyarakatpun otomatis bisa merasakan efek dari keberhasilan me-manage
lingkungan pendidikan yaitu manusia-manusia yang mempunyai pengalaman dalam
berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap lingkungan, mempunyai integritas
tinggi, dan mempunyai nilai-nilai akademis maupun non akademis yang tinggi
karena hasil dari proses belajar. Karena
Belajar
diawali dengan adanya rangsangan sensoris dari lingkungan. Manusia secara terus
menerus menerima kesan-kesan baru dari lingkungan melalui penginderaan yakni
melalui: mata, telinga, hidung, kulit sebagai pintu gerbang masuknya
pengetahuan pada manusia. Sebagian besar kesan dan pengetahuan manusia
dipelajari dengan tanpa sengaja.
Makalah Koordinasi
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk menikmati segala karunia-Nya dan hanya berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen Pendidikan. Makalah ini berisi tentangmenjelaskan konsep dasar Koordinasi seperti pengertian koordinasi, macam-macam koordinasi, prinsip-prinsip koordinasi, dan jenis-jenis koordinasi.
Dalam pelaksanaan makalah ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moril.
Penulis menyadari selama menulis makalah ini banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Kedua orang tua yang telah mendidik serta membantu penulis sampai saat ini.
2. Prof. Dr. Mukhneri Mukhtar, M.Pd selaku dosen mata kuliah manajemen lingkungan hidup yang selalu memberikan materi serta motivasi kepada kami.
3. Dan juga kepada Dede Hamdani, M.Pd selaku asisten dari Prof. Dr. Mukhneri Mukhtar, M.Pd yang selalu rela serta ikhlas membimbing kami di mata kuliah pengantar manajemen pendidikan ini
4. Teman-teman manajemen pendidikan 2014 yang selalu membantu memberikan saran dan kritik dalam pembuatan makalah ini
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk di masa yang akan datang agar karya ilmiah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Jakarta, 13 September 2014
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Manajemen adalah suatu seni atau cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan berkerja sama melalui orang lain atau sumberdaya lainnya. Sebagai suatu proses, manajemen memerlukan berbagai aspek pendukung untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan atau tujuan-tujuannya. Diantara bermacam cara melakukan manajerial, salah satu aspek penting yang menjadi cara untuk berlangsungnya sebuah proses manajemen yaitu melakukan koordinasi.
Koordinasi sebagai aspek penting manajemen, memerlukan sebuah sumberdaya manusia, yang didalamnya terdapat pola pikir untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, diperlukannya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, guna untuk mengetahui lebih jelas dan lebih dalam apa yang dimaksud dengan koordinasi sebagai suatu aspek penting dalam manajerial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
Dalam hal ini, kami mengaitkan permasalahan didalam rapat koordinasi antara unsur muspida dalam rangka menciptakan Sitkamtib (Sistem Keamanan Ketertiban Masyarakat ) sehubungan dengan pelaksanaan Operasi Ketupat 2013 menjelang lebaran.
Saat berlangsungnya rapat koordinasi diruang pola pertemuan Polres Takalar, Senin 22 Juli 2013 kemarin, nampak hadir empat unsur kepala SKPD yang menyempatkan mengikutii rapat. Apalagi hasil pertemuan rapat koordinasi tersebut bersifat penting. Mereka yang hadir adalah Kepala Dinas Kesehatan Dr Rasyidin, Kadis sosial H Abbas Tola, Kepala Kesbang Aspar Nur, dan Kepala Dinas PU, sementara camat yang hadir adalah Camat Sanro Bone dan Pattallassang. Ketidakhadiran sebagian SKPD dan camat karena Bupati Takalar sendiri tidak hadir pada rapat koordinasi yang diprakarsai oleh pihak jajaran Polres Takalar tersebut. "Bukan hanya itu kalau saat Bupati tidak ada di Pemkab, para staf dan pejabat terkait dalam keadaan lengang," sindir komandan Kodim 1426 Takalar dihadapan para peserta Rakor. "Jabatan itu adalah sebuah amanah yang perlu kita pertangungjawabkan ke publik. Jangan nanti ada Pak Bupati Takalar baru ramai datang rapat, kalau bupatinya tidak hadir pada malas mengikuti rapat," tegas Letkol Inf Andi Muh Ali dengan nada kesal.
Saat berlangsungnya rapat koordinasi diruang pola pertemuan Polres Takalar, Senin 22 Juli 2013 kemarin, nampak hadir empat unsur kepala SKPD yang menyempatkan mengikutii rapat. Apalagi hasil pertemuan rapat koordinasi tersebut bersifat penting. Mereka yang hadir adalah Kepala Dinas Kesehatan Dr Rasyidin, Kadis sosial H Abbas Tola, Kepala Kesbang Aspar Nur, dan Kepala Dinas PU, sementara camat yang hadir adalah Camat Sanro Bone dan Pattallassang. Ketidakhadiran sebagian SKPD dan camat karena Bupati Takalar sendiri tidak hadir pada rapat koordinasi yang diprakarsai oleh pihak jajaran Polres Takalar tersebut. "Bukan hanya itu kalau saat Bupati tidak ada di Pemkab, para staf dan pejabat terkait dalam keadaan lengang," sindir komandan Kodim 1426 Takalar dihadapan para peserta Rakor. "Jabatan itu adalah sebuah amanah yang perlu kita pertangungjawabkan ke publik. Jangan nanti ada Pak Bupati Takalar baru ramai datang rapat, kalau bupatinya tidak hadir pada malas mengikuti rapat," tegas Letkol Inf Andi Muh Ali dengan nada kesal.
Pada pernyataan Letkol Inf Andi Muh Ali terhadap bupati yang tidak hadir didalam rapat koordinasi diatas. Jelas sekali jika salah satu lini didalam sebuah organisasi tidak dapat mengemban amanah dan tanggung jawab dengan baik, maka tujuan didalam sebuah organisasi itu akan tidak berjalan dengan baik, maka dari itu sebuah organisasi sangat memerlukan koordinasi untuk dapat mengomunikasikan kepada bawahan-bawahannya. Sehingga tercipta komando-komando serta kegiatan-kegiatan yang terstruktur.
Maka dari itu, sehubung dengan masalah diatas. Kami tertarik untuk membahas aspek koordinasi didalam sebuah organisasi yang merupakan titik pusat komunikasi dan wewenang-wewenang dari atasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga organisasi tersebut berjalan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari koordinasi?
2. Apa definisi para ahli tentang koordinasi?
3. Apa saja macam-macam koordinasi?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dari koordinasi?
5. Apa saja jenis-jenis koordinasi?
C. Tujuan Pembahasan
· Diharapkan mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan koordinasi.
· Diharapkan mahasiswa lebih aktif dalam berorganisasi, dan mempunyai dasar dari manajemen dalam aspek koordinasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konseptual
“Coordination is the process of integrating the objectives and activites of the separate units ( department or functional areas ) of an organization in order to achieve organizational goals efficiently”[1]. koordinasi adalah proses menyatupadukan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit ( bagian-bagian atau bidang-bidang fungsional ) suatu organisasi yang terpisah untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara efisien.
“Coordination is the process of linking the activities of the farious department of the organization”[2]. koordinasi adalah suatu proses menghubungkan kegiatan-kegiatan dari bermacam-macam bagian organisasi.
“Koordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula. Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur agar pembagian kerja dari berbagai orang atau kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebutuhan yang terintegrasi dengan cara seefesien mungkin”[3].
Dari definisi-definisi menurut para ahli diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa. Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur kegiatan-kegiatan didalam sebuah organisasi dengan mempekerjakan unit-unit fungsional untuk mencapai suatu tujuan didalam organisasi tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik sesuai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
B. Penelitian yang Relevan
“Coordination (and the communication it implies) is central to the very existence of organizations. Theories of the firm are variously rooted in the coordination benefits of hierarchical control”[4]. Koordinasi (dankomunikasi itu berarti) merupakan pusat keberadaan
organisasi. Teori perusahaan yang beragam berakar pada manfaatkoordinasi kontrol hirarkis”
organisasi. Teori perusahaan yang beragam berakar pada manfaatkoordinasi kontrol hirarkis”
Point besar mengenai pengertian Koordinasi yang kami cari dari Jurnal internasional diatas merupakan sebuah aspek yang sangat fital bagi sebuah organisasi. Koordinasi merupakan sebuah titik pusat untuk berkomunikasi dan mengontrol setiap pekerjaan didalam sebuah organisasi. Mengapa demikian? Karena didalam sebuah organisasi membutuhkan komunikasi antara lini atas sampai ke lini bawah. Jika 1 aspek penting ini tidak ada didalam sebuah organisasi, maka pekerjaan-pekerjaan didalam 1 organisasi tersebut akan tidak berjalan dengan baik. Sehingga, tujuan didalam organisasi tersebut tidak akan di raih secara maksimal. Itulah tujuan dan manfaat dari sebuah koordinasi yang didalamnya tersisipkan sebuah komunikasi antar sesama lini.
C. Pembahasan
a. Pengertian Koordinasi
Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinareyang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu[5].
Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenanganuntuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangngkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja5.
Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatanbersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain[6].
Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.
Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling berhubungan karena koordinasi hanya dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu tercapainya koordinasi. Oleh karena itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan kerja) adalah tercapainya koordinasi dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien). Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kordinasi adalah proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur (yang terlihat dalam proses) pemerintahan yang berbeda-beda pada dimensi waktu, tempat, komponen, fungsi dan kepentingan antar pemerintah yang diperintah, sehingga disatu sisi semua kegiatan dikedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan yang ditetapkan bersama dan disisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak dirusak keberhasilan pihak yang lain.
b. Macam-Macam Koordinasi
Koordinasi dapat dibedakan menjadi :
1. Koordinasi hierarkis (vertikal), yang dilakukan oleh pejabat pimpinan dalam suatu instasi terhadap pejabat atau instansi dibawahnya.
2. Koordinasi fungsional, yang dilakukan oleh pejabat atau suatu instansi terhadap pejabat atau instansi lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas-asas fungsional. Koordinasi ini dapat dibedakan atas koordinasi fungsional horizontal, diagonal, dan teritorial.
a. Koordinasi fungsional horizontal dilakukan oleh seorang atau suatu instansi lain yang setingkat. Koordinasi fungsional horizontal dilakukan oleh pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi bukan bawahannya.
b. Koordinasi fungsional teritorial dilakukan oleh seorang pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi lainnya yang berada didalam suatu wilayah tertentu dimana semua urusan yang ada dalam wilayah tersebut menjadi tanggung jawabnya.
c. Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip koordinasi disingkat menjadi KOORDINASI.
1. Kesamaan
Sama dalam visi, misi, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama (sense of purpose).
2. Orientasikan
Titik pusatnya pada sekolah (sebagai kordinator) yang simpul-simpulnya stakeholder sekolah.
3. Organisasikan
Atur orang-orang yang berkoordinasi untuk membina sekolah, yaitu harus berada dalam satu payung (terorganisasi) sehingga sikap egosektoral dapat dihindari.
4. Rumuskan
Menyatakan secara jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing-masing agar tidak tumpang-tindih.
5. Diskusikan
Mencari cara yang efektif, efesien, dan komunikatif dalam berkoordinasi.
6. Informasikan
Semua hasil diskusi dan keputusan mengalir cepat kesemua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi (coordination network system).
7. Negosiasikan
Dalam perundingan mencari kesepakatan harus saling menghormati (team spirit) dan usahakan menang-menang, jangan sampai pihak sekolah sebagai koordinator justru dirugikan.
8. Atur jadwal
Rencana koordinasi harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak.
9. Solusikan
Satu masalah dalam simpul jaringan harus dirasakan dan dipecahkan semua stakeholders dengan sebaik-baiknya.
10. Insafkan
Setiap stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan siap menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi.
d. Jenis-Jenis Koordinasi
1. Koordinasi Vertikal
Koordinasi vertikal ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada atasannya dan kepada bawahannya. Misalnya, koordinasi Kepala Sekolah dengan Kepala Dinas Pendidikan dan atau bawahannya.
2. Koordinasi Fungsional
Koordinasi Fungsional ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi.
Koordinasi Fungsional dibedakan atas :
a. Koordinasi fungsional horizontal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang setingkat. Misalnya, Kepala SMPN1 dengan Kepala SMPN2.
b. Koordinasi fungsional diagonal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, Kepala SMPN1 dengan Kepala SDN57 atau dengan staffnya.
c. Koordinasi fungsional teritorial, koordinasi ini dilakukan Kepala Sekolah dengan pejabat atau Kepala Sekolah lain yang berada dalam wilayah tertentu dimana semua urusan yang ada dalam wilayah tersebut menjadi kewenangan dan tanggung jawab Kepala Sekolah bersangkutan selaku penguasa atau penanggung jawab tunggal. Misalnya, Kepala SMP Percobaa dengan Kepaa-Kepala SMP Target di Kabupaten X.
3. Koordinasi Institusional
Koordinasi ini dilakukan Kepala Sekolah dengan beberapa instansi yang menangani sat urusan tertentu yang bersangkutan. Misalnya, untuk urusan kepegawaian, Kepala Sekolah melakukan koordinasi dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Kepala Badan Diklat Daerah.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Koordinasi, bahwa koordinasi merupakan keselarasan antara kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan didalam sebuah organisasi sehingga menciptakan kegiatan yang efiesien, bersinergi, dan memiliki peluang untuk berhasil.
Menurut penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa, koordinasi mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi dan didalamnya terdapat prinsip-prinsip dalam melakukan koordinasi. Jika koordinasi antar kelompok atau individu baik maka yang akan didapat akan baik pula. Jika kurang koordinasinya maka hasilnya kurang memuaskan.
B. Saran
Koordinasi merupakan sebuah aspek penting karena didalamnya terdapat sebuah komunikasi untuk memberikan wewenang dari atasan kepada bawahan agar kegiatan-kegiatan didalam organisasi tersebut berjalan dengan baik. Maka dari itu, diharapkan bagi semua lini, baik lini atas maupun bawah. Lakukanlah koordinasi atau pemberian wewenang terhadap masing-masing lini dengan baik. Bagi siapapun yang memiliki jabatan yang strategis diharapkan dapat hadir diberbagai kegiatan yang penting didalam sebuah organisasi. Karena, rapat merupakan sebuah kegiatan untuk mendukung keberlangsungan kegiatan-kegiatan, agar terstruktur guna mencapai hasil yang baik untuk merealisasikan tujuan dari organisasi tersebut.
Daftar Pustaka
- Griffin, R. W. (2011). Fundamentals of Management Sixth Edition.USA: Cengage Learning.
- Ndraha, T. (2003). Kybernology 1 : Ilmu Pemerintahan baru / Taliziduhu Ndraha. Jakarta: Rineka Cipta.
- Kleinbaum, A. M., Stuart, T. E., & Tushman, M. L. (2008).Communication (and Coordination) in a Modern, Complex Organization. Coordination , 3.
- http://farahsaniyyah.blogspot.com/2013/10/silabus-6.html.
- www.bppk.depkeu.go.id/.../images/.../koordinasi%20jul%202012.ppt.
- http://pmpjuned33.blogspot.com/2013/10/jenis-jenis-koordinasi.html.
- http://studimanajemen.blogspot.com/2013/11/jenis-jenis-fungsi-koordinasi.html.
- http://syamsuddincoy.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
- http://nuwrileardkhiyari.blogdetik.com/2013/10/06/pengertian-koordinasi/.
[1] James A.F Stoner dan Charles Wankel, “Management Third Edition”, diakses darihttp://farahsaniyyah.blogspot.com/2013/10/silabus-6.html pada tanggal 05 Oktober 2014 pukul 16.23.
[2] Griffin, R. W. (2011). Fundamentals of Management Sixth Edition. USA: Cengage Learning.
[3] Sondang P. Siagian,M.P.A, Ph.D, “Peranan Staf dalam Managemen”, 1978, diakses darihttp://farahsaniyyah.blogspot.com/2013/10/silabus-6.html pada tanggal 05 Oktober 2014 pukul 16.23.
[4] Kleinbaum, A. M., Stuart, T. E., & Tushman, M. L. (2008). Communication (and Coordination) in a Modern, Complex Organization. Coordination , 3.
[5] Ndraha, T. (2003). Kybernology 1 : Ilmu Pemerintahan baru / Taliziduhu Ndraha. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 290.
[6] Ndraha, T. (2003). Kybernology 1 : Ilmu Pemerintahan baru / Taliziduhu Ndraha. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 291.